Ir.Soekarno
Ir Soekarno adalah presiden
pertama Republik Indonesia periode 1945-1966. Nama lahir beliau Koesno
Sosridihardjo. Beliau lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 6 Juni 1901. Dia anak seorang guru sekolah rakyat, Raden Soekami
dan wanita Bali berdarah bangsawan, Ida Ayu Rai. Soekarno diketahui mempunyai
tiga orang istri dimana yang semua istrinya memberikannya keturunan. Istrinya
Soekarno pertama, fatmawati memberinya lima orang anak yakni Megawati,
Sukmawati, Rachmawati, Guntur dan Guruh, kemudian bersama istri yang lain yang
bernama Hartini memberinya dua orang anak laki-laki yang diberi nama Taufan dan
Bayu. Ir. Soekarno dikenal pandai berpidato dan menguasai beberapa bahasa
asing, sehingga dijuluki sebagai "Singa Podium". Jenjang pendidikannya dimulai dari Indische School (IS)
di Tulungagung. Setelah lulus melanjutkan pendidikannya di Europesche Lagene
School (ELS) Mojokerto, Jawa Timur; Hogene Burger School (HBS) Surabaya; dan
Technische Hogere School (THS), sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung
(ITB), di Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh gelar Insinyur.
Masa kecil
Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD
hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan
sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah
menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke
Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi
yang sekarang menjadi ITB).
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan
mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin,
Bandung pada 29 Desember 1929. Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya
dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh
kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu
Wardoyo.
Dia
dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi Soekarno
agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para tahanan
'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda yang
terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan
mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas
perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan,
cuaca, dan hal-hal yang tidak penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan
di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya.
Hal itu terjadi
saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari
luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat
oleh sipir sebelum diterima Bung Karno. Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo
yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun
1978, telur menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara.
Caranya, bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang
menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar
buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.
Seiring
berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang lebih
canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur
tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai
kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua
kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan
berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivispergerakan
Selama
menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31
Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang
berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi
Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka
banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak
berdaya.
Apalagi, saat
di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam.
Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan
bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan tulang-tulangnya.
Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin. Delapan
bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia
Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih
maju itu.
Pembelaannya
itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende,
Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah
melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang
disebutnya Pancasila - Sejarah Hidup Ir. Soekarno. Tanggal 17 Agustus
1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara
aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Sebelumnya,
beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar
(ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan
nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.
Presiden
Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah
menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Untuk urusan kriteria
ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung Karno akan
mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan. Lalu,
bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah di satu
kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno bercerita
mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-benar sedang
jatuh hati pada Fatmawati.
"Pada
suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku
tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro dalam buku 'Bung Karno
Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok
Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno
benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan
berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai
perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju
ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.
"Saya
lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa
mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi
baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya.
Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang
lugas. Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah
dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. "Saya menyukai perempuan yang merasa
bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai
anak-anak,"katanya.
Menurut
pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun
perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1,
ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak
pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya
pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang
berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah Indonesia.
"Kami
tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu soal
remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang
hebat dan dahsyat," begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa
Muda.
Kehidupan
pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua
tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini
belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno
pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan
ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada
saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati,
Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian
tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok pengagum karya seni,
sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.
Sejak kecil,
Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak
kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada
pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu
tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang
memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin
kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu
saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.
"Pertunjukan
wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga
menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam
di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan
atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar
Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno,
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun
2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi
tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian
selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno
pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan
benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari
sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman,
budayawan hingga penabuh gamelan.
Pemberontakan
G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas
pertanggungjawabannya - Sejarah Singkat Ir. Soekarno. Sebaliknya
MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di
Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan
mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan
kemudian menghilang.
Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman
keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu
Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal
dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di
Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Sebagai
Founding Father atau Bapak Bangsa Indonesia, Bung Karno telah mengantarkan
bangsa Indonesia kepada kemerdekaan. Dengan perjuangan yang tanpa pamrih, Bung
Karno telah membangun tatanan keadilan yang menyejahterakan rakyat Indonesia
serta berhasil menyejajarkan Indonesia dengan negara lainnya. Semoga apa yang
dilakukannya itu dapat menginspirasi rakyat Indonesia menuju masa depan yang
lebih gemilang.
Nb: Mohon maaf jika ada kesalahan pada penulisan kata maupun kalimat.....
www.putrianinditaanwar.blogspot.com